VOA Aceh Singkil– Pertemuan rembuk stunting tingkat kabupaten Aceh Singkil Tahun 2023 dengan Tajuk ‘Cegah Stunting Dengan Tambahan Makanan Protein Hewani‘ yang dibuka langsung oleh Pj Bupati Marthunis.
Kegiatan yang diselenggarakan di Aula Kantor Bapedda juga dihadiri oleh Forkopimda, SKPK, Perusahaan, para Camat, serta tamu undangan lainnya.
Ketua TPPS diwakili oleh Kepala Bapedda Ahmad Rivai dalam pidatonya mengatakan “Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas hidup, produktivitas dan daya saing manusia Indonesia, sebagai dampak dari tanggungannya pertumbuhan otak dan perkembangan metabolisme tubuh dalam jangka panjang,” ujar Rivai.
Selain itu Rivai menyebut, atas dasar tersebut Pemerintah menetapkan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas Nasional dan dalam RPJM Nasional tahun 2020-2024 menetapkan target penurunan angka stunting pada anak bawah usia 2 tahun sebesar 14% pada tahun 2024.
“Pada 2023 Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil telah mengalokasikan anggaran sebesar lebih kurang 10 Milyar untuk mempercepat penurunan stunting, dukungan anggaran tersebut untuk kegiatan intervensi spesifik dan sensitif serta pelaksanaan 8 aksi konvergensi di beberapa SKPK yang bersumber dari Dana APBD, DAK Fisik dan Non Fisik,” ucap Rivai.
Sementara itu Pj Bupati Marthunis mengatakan, angka stunting di Aceh Singkil meningkat pada tahun 2022.
“Kita harus jujur bahwa Aceh Singkil tahun 2022 saat survei di status gizi Indonesia pada Agustus terjadi peningkatan stunting dari 29% di 2021 menjadi 34% ditahun 2022, tentunya mendapat kabar ini saya sempat shock, karena pada saat itu saya baru dilantik langsung mengadakan kegiatan keliling keseluruh Kecamatan mengkampanyekan program GISA namun angka stunting tetap meningkat, kenaikkan angka stunting di Aceh Singkil tersebut didapatnya bukan hasil laporan dari tim,” kata Marthunis.
“Memang tahun sebelumnya Tim tidak begitu aktif, namun pada tahun ini kita belajar dan akan lakukan rapat koordinasi setiap bulan dan harus detail,” tuturnya.
Kemarin saya merasa tertampar juga ketika ditemukan gizi buruk di Desa Suka Damai, dan kini menjadi 11 orang. Ini sangat menyedihkan kita dan tidak dapat ditolerir lagi, kedepan setidaknya ketika ada anak saat lahir beratnya tidak normal harus segera dilaporkan.
Dan, saya rasa semua pihak baik itu Dinkes, Sekda, Bapedda serta unsur lainnya dapat memperlajari IPPGPM, sehingga bisa melihat data dan dapat di bahas dalam rangka penurunan angka stunting.
“Target kita pada tahun 2023 ini angka stunting dapat turun diangka 10% dan pada tahun 2024 sebesar 20%, kalau kita mau sama-sama Nasional atau lebih baik lagi,” ujarnya.
Kita harus Go Detail, karena itu kita harus menguasai data, imbuhnya.
Pada saat sesi tanya jawab, Camat Kuala Baru Mansurdin mempertanyakan dengan nilai anggaran yang dikucurkan cukup tinggi namun tidak dapat menurunkan angka stunting.
“Ini menjadi dosa bagi kita semua, kenapa. Dengan besarnya anggaran yang dikucurkan tidak dapat menurunkan angka stunting di Aceh Singkil, terlebih di Kecamatan yang saya pimpin ada 52 kasus stunting,” kata Mansur.
Saya berharap kedepan bagaimana angka stunting bisa menurun, kami ingin membantu tapi kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan dan ini perlu diberitahukan apa saja tupoksi kami, imbuhnya.
Disisi lain, Fandrik Eraliesa Kabid Kesmas Dinkes Aceh Singkil mengatakan pada acara rembuk stunting yang digelar seluruh elemen nantinya berkomitmen untuk melakukan revitalisasi pungsi pelaksanaan Posyandu dengan tujuan agar anak-anak yang beresiko stunting langsung ditangani sebelum dinyatakan stunting atau gizi buruk.
Nah, sebelum mereka stunting atau dinyatakan gizi buruk saat mereka ke Posyandu langsung kita intervensi bila terjadi masalah kesehatan bagi si anak.
Selain itu, bagi seluruh peserta yang hadir berkomitmen akan mengambil peran sebagai bapak asuh anak stunting.
“Yang perlu kita pahami adalah angka stunting dari tahun 2022 di Aceh Singkil menyumbang 34% itu adalah hasil survei dan survei ini sipatnya tidak seluruh anak di survei, kelemahan di kita adalah alat ukur di Posyandu belum ter standard. Sehingga tidak bisa membandingkan dengan hasil survei,” terang Fandrik.
Makanya tadi kita juga berkomitmen supaya penguatan alat di Posyandu ter standard, kader yang terlatih serta adanya pengawasan.
Data stunting di Aceh Singkil kini terdata sebanyak 1000 orang dan untuk gizi buruk terdata 11 orang yang tersebar dari 11 Kecamatan yang ada. Angka stunting tertinggi di Kecamatan Gunung Meriah di angka 500 lebih, tutupnya. | Redaksi.