Satu butir telur yang diberikan kepada balita, pada saat Pemberian Makanan Tambahan di Desa Ujung Sialit. (Dok Poto: Istimewa)
VOA SINGKIL– Program jor-joran Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil dalam hal pencegahan dan penurunan angka stunting dan gizi buruk ternyata tidak sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Pemerintah Desa.
Hal ini terlihat dari kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang dilakukan di Posyandu Desa Ujung Sialit Kecamatan Pulau Banyak Barat.
Pasalnya, dalam rutinitas bulanan itu, ternyata para balita yang datang hanya diberi satu buti telur saja, yang mestinya menu PMT 4 bintang sesuai yg dianjurkan mengandung Karbohidrat, Protein Nabati dan Hewani serta Vitamin dan Mineral.
Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang Ibu Balita yang rutin datang ke Posyandu, SR di mana ia merasa kecewa anaknya hanya diberi satu buah telur saja.
“Kami merasa kecewa dengan apa yang diberikan kepada anak-anak kami, yang seharusnya mendapatkan berbagai macam protein. Sudah bela-belain tidak pergi bekerja. Eh taunya setelah sampai di Posyandu hanya dikasih telur satu butir,” ucap SR Sabtu 23 September 2023.
“Kami berharap kepada pihak terkait dapat meluruskan persoalan ini, terlebih kami mendengar langsung dari Keuchik mengatakan setiap kegiatan Posyandu perorangannya diberi pemenuhan 4 Bintang dengan nominal Rp.13 Ribu,” sambungnya.
Disisi lain, Kepala Puskesmas Kecamatan Pulau Banyak Barat Risman Zega mengatakan, terkejut dengan kejadian itu, di mana ia bersama warga lain bahwa Keuchik mengatakan besaran untuk PMT di Desa itu sebesar Rp.13 Ribu.
“Tentunya, kita prihatin dan kecewa mendapat kabar tersebut, apalagi menurut info ini bukan kali pertama melainkan sudah sejak lama. Tim kita telah memberitahukan agar oknum pengelola makan tambahan tersebut jangan asal-asalan menyediakan makan tambahan tersebut,” kata Risman.
Risman juga menyebut, bahwa pada Agustus lalu pihaknya telah mensosialisasikan tentang 4 Bintang PMT, dengan memprioritaskan menggunakan bahan-bahan lokal. Tidak dibenarkan lagi PMT seperti roti, Susu dan kemasan siap saji.
“Kita khawatirkan kalau seperti ini terus-terusan cara kerja penangan stunting di desa maka yang terjadi adalah bertambah banyak angka stunting dan anak yang mengalami gizi buruk,” tutur Risman.
“Kita pernah tanya ketua kader yang merupakan Ibu dari bendahara desa dan jawabannya memang seperti itu petunjuk yang diterima dari bendahara desa tersebut. Yang parahnya lagi kata ketua kadernya uangnya yang mendahulukan biaya PMT padahal dia seorang janda, Ini sangat tidak masuk akal karena anggaran desa begitu besar hanya saja sudah sesuai kah dilakukan sesuai juknis,” terangnya.
“Harapan masyarakat agar anggaran desa Ujung Sialit selalu dikawal oleh pihak terkait, supaya tidak terjadi penyelewengan seperti ini, mengingat daerah kami ini berada jauh di kepulauan, saya selaku putra daerah turut merasa malu,” imbuhnya.
Diketahui, pada saat Posyandu pihak kader hanya menyiapkan satu butir telur untuk PMT Balita, Bubur Kacang untuk Ibu hamil, dan susu SGM kemasan untuk bayi.
Sementara itu, Pj Kepala Desa Ahmad Syarif menjelaskan bahwa anggaran PMT tersebut seusai Peraturan Bupati (Perbup) yakni Rp.15 Ribu.
“Perlu kami luruskan untuk anggaran PMT Posyandu sesuai Peraturan Bupati itu nominalnya Rp.15 Ribu, mungkin saat saya sampaikan pihak Puskesmas kurang mendengar saat itu,” kata Ahmad.
Selain itu menurut Syarif, bahwa menurut penuturan kader posyandu nya pengadaan telur tersebut betul namun, itu karena pada saat kegiatan pihak kader menerima informasi sudah mepet, sehingga pada saat itu kader berinisiatif apa yang ada dijual saja, mengingat terbatasnya kebutuhan pokok di desa tersebut, ungkapnya.***