VOA Aceh Singkil– Pada Pekan Olah Raga Aceh (PORA) XIV di Pidie tahun 2022, Tim Pora Aceh Singkil ikuti 15 Cabang Olahraga (Cabor) saja, dari 36 Cabor yang dibuka oleh tuan rumah Kabupaten Pidie.
Pada saat pelepasan oleh Pj Bupati Aceh Singkil Marthunis di depan Kantor Bupati pada Kamis (8/12) yang lalu, sebanyak 15 pengurus cabang (Pengcab) Aceh Singkil, terdiri atas 150 atlet. Kemudian 48 official pelatih dengan jumlah kontingen seluruhnya mencapai 235 orang.
Tidak tanggung-tanggung Pemkab Aceh Singkil gelontorkan dana Hibah untuk KONI sebesar 1,125 Milyar.
Merujuk pada PORA XIII Tahun 2018. Pembukaan berlangsung di Jantho Sport City, Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh Singkil pada saat itu berhasil meraih 5 medali emas di Cabang Olahraga Tarung Derajat, Sepak Takraw, Dayung, Silat dan Anggar.
Namun bukannya meningkat pada PORA XIV tahun 2022 di Pidie, Tim Pora Aceh Singkil hanya dapat meraih 4 medali Emas, yakni pada Cabor Bermotor, Dayung, Karate, dan Renang.
Pada saat pelepasan Tim Pora Aceh Singkil tersebut Ketua KONI Aceh Singkil Japriadi berharap dapat meraih medali 5 emas.
“Kita harapkan Cabor ini bisa kembali meraih medali emas, bukan hanya 5 saja bahkan kita targetkan lebih,” ucap Japriadi.
Sampai pada akhir PORA Aceh XIV, Tim Pora Aceh Singkil hanya mampu merai 4 Emas, dan harus pasrah berada pada urutan ke 20 dari 23 Kabupaten Kota yang ikut bertanding.
Sedangkan untuk Tim Pora Pemko Subulussalam yang notabene masih anak dari Kabupaten Aceh Singkil yang mekar pada 02 Januari 2007 yang lalu, dapat mencatatkan diri di peringkat 17 dengan perolehan 6 Emas.
Menurut penuturan salah seorang mantan pengurus KONI dan juga pemerhati Olahraga Aceh Singkil Abi mengatakan kalau induk Olahraga masih dipegang oleh tokoh-tokoh yang mengutamakan pecitraan dan Finansial atlet Aceh Singkil akan sulit mendapat prestasi.
“Kalau induk Olahraga masih di pegang oleh tokoh-tokoh yang lebih utama cari pencitraan dan Finansial bukan pembinaan sulit ada prestasi,” ucap Abi.
Lanjutnya, agar atlet-atlet Aceh Singkil bisa mendapatkan juara maka para tokoh-tokoh tersebut harus dibuang dari induk organisasi.
“Kasihan atlet-atlet potensial asli putra Aceh Singkil, begitu juga di Sepak Bola banyak pengurus baru orang lama minim prestasi namun tetap diberi mandat,” ujar Abi.
Menurut Abi dirinya mundur dari kepengurusan KONI, karena melihat tidak sejalannya prinsif untuk membersarkan Olahraga di Aceh Singkil dan lebih mementingkan Finansial.
Dalam kesempatan itu Abi mengungkapkan bahwa dirinya mati-matian untuk mendapatkan mandat ASKAB PSSI Singkil.
“Saya salah seorang yang ikut memohon ke Asprof PSSI ACEH dan KONI Aceh agar, Singkil diberi kesempatan menyelenggarakan Event Turnamen, hal itupun mendapat respon bak gayung bersambut Singkil tuk pertama kalinya diberi kepercayaan jadi tuan rumah Cabor penyisihan zona Sepak Bola, namun sebelum itu kita bawa Asprof untuk meninjau lapangan tepatnya di lapangan GOR Hasyim Tagok,” terangnya.
Dari awal kami meminta agar KONI dan Cabor Sepak Bola direvisi total kepada orang yang memiliki kemauan tinggi, jujur serta amanah, agar Organisasi Olahraga Aceh Singkil dapat meraih kesempatan juara.
Kami berharap agar KONI melakukan pembinaan atlit lokal daripada atlet luar yang dibawa ke Singkil terkhusus Cabor Sepak Bola.
“Pengurus KONI harus ada program kerja pembinaan atlet melalui induk Cabor masing masing,” tegasnya.
Disisi lain salah seorang warga Aceh Singkil Wardin yang kebetulan menyaksikan PORA di lokasi mengatakan Atlet Aceh Singkil sangat jarang tersorot oleh media terlebih masalah kostum atlet PORA yang kurang bagus.
“Saya tidak kenal dengan Ketua KONI Aceh Singkil, dan tidak tahu apakah mereka memang sudah mempersiapkan secara matang, minimnya suporter Singkil hingga baju Kostum para Atlet yang kurang bagus, sangat berbeda dengan Atlet Kota-Kota lain,” kata Wardin.