Kepala Dinas P3AP2KB Hj. Rumadan. SH bersama Kabid KB/KS Eva Sulastri.
VOA SINGKIL | Penanganan Stunting saat ini menjadi fokus Pemerintah Republik Indonesia yang di mana telah menjadi atensi baik Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota se Indonesia.
Di mana stunting ini terjadi akibat masalah gizi kronis, kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang sehingga terganggunya pertumbuhan pada anak, salah satu yang disebabkannya yakni tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Seperti kita lihat di Kabupaten Aceh Singkil beberapa tahun ini telah jor-joran menggelar sosialisasi yang melibatkan dinas teknis, seperti Dinas Kesehatan, DP3AP2KB, PUPR, Bapedda serta instansi lainnya.
Kepala DP3AP2KB, Hj. Rumadan, SH mengatakan melalui 525 kadernya yang terbagi dari 175 tim saat ini telah melakukan berbagai upaya di lapangan dalam hal pencegahan stunting.
“Sesuai tupoksi dinas kita yakni pendampingan dan pencegahan terhadap resiko stunting, telah menerjunkan 525 kader terbagi dari 175 tim terdiri dari, Bidan, unsur PKK dan Kader KB yang tersebar se Kabupaten Aceh Singkil,” ucap Rumadan di dampingi Kabid KB/KS Eva Sulastri. Selasa 26 September 2023.
Rumadan melanjutkan, bahwa dari 11 Kecamatan, Kecamatan Gunung Meriah menjadi locus stunting terbanyak dan paling beresiko saat ini.
Menurutnya, saat ini pihaknya bersama dengan pihak terkait terus melakukan upaya penurunan stunting di Aceh Singkil dengan terus memberikan pendampingan dan pencegahan tersebut.
“Kita berikan edukasi kepada ibu si anak tentang pentingnya menjaga asupan gizi terhadap si anak, agar terhindar dari bahaya stunting sejak dini,” ujarnya.
“Adapun yang beresiko stunting yakni, umur ibu yang melahirkan di atas 35 Tahun (Terlalu Tua), Ibu yang melahirkan dibawah umur 20 Tahun (Terlalu Muda), anak terlalu banyak, serta jarak kelahiran anak yang terlalu dekat,” sambungnya.
Selain itu Eva menambahkan, anak yang rentan beresiko stunting yakni anak umur dua tahun kebawah, hal ini terjadi karena pola asuh sang ibu yang salah termasuk masalah ekonomi dan sanitasi.
“Anak beresiko stunting dari umur dua tahun kebawah, resiko ini terjadi biasanya karena faktor ekonomi dan sanitasi keluarga si bayi, serta pola asuh yang salah,” kata Eva.
“Perlu diketahui, bahwa stunting bukan karena faktor keturunan, melainkan menurut ahli gizi bahwa faktor keturunan hanya 5 persen, selebihnya asupan gizi yang cukup terhadap si bayi,” tuturnya.***