VOA SINGKIL | Gunung-gunungan adalah salah satu bagian acara adat suku singkil, yang di mana pernah popular dimasanya dan kini mulai hilang setelah para pemukiman suku singkil yang mendiami sepanjang perairan sungai singkil bermigrasi kedaratan.
Gunung-gunungan adalah sebuah bangunan yang dihiasi dengan beragam corak dan sangat identik dengan warna kuning yang dipasang pada dua atau tiga perahu (dirakit) yang diselanjutnya biasa digunakan pada acara-acara adat atau hajatan, yang dimana punya hajat akan diarak menggunakan gunung-gunungan tersebut.
Melalui kegiatan desa budaya tanjung mas, gunungan-gunungan ini kembali terlihat yang menambah nilai estetik sebuah kearifan lokal suku singkil yang nyaris punah.
Pada kegiatan desa budaya ke III Desa Tanjung Mas Kecamatan Simpang Kanan Aceh Singkil, gunung-gunungan ini menjadi pusat perhatian para tamu yang hadir. Karena disiapkan panitia secara gratis banyak pengunjung ikut merasakan sensasi berlayar mengelilingi sungai Lae Cinendang menggunakan gunung-gunungan tersebut.
Karena penasaran dalam kesempatan itu, tanpa disadari kaki penulis juga melangkah menaiki gunung-gunungan tersebut dan sempat beberapa kali berswa poto dengan pengunjung lainnya.
Para pengunjung diajak berkeliling di seputaran Desa Tanjung Mas, menggunakan gunung-gunungan tersebut. Nuansa kampung tempo dulu sangat terasa kental sekali, hingga tak sadar ternyata kami telah kembali ke dermaga.
Sabirin Malau selaku Kepala Kampung Tanjung Mas dan beberapa orang penggiat budaya lokal, yang telah mengemas acara desa budaya tersebut semenarik mungkin hingga mendapat penghargaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia di Gedung Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud di Jakarta, Jumat, 17 Desember 2021 lalu.
Dinobatkan sebagai desa budaya terbaik nasional. Penghargaan ini diberikan untuk lima desa yang ada di Indonesia, yang diberikan pada acara anugerah desa budaya terbaik yang diserahkan langsung oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Hilmar Farid.
Bukan hanya penghargaan, desa Tanjung Mas juga selalu disuport berupa tambahan anggaran setiap kali menggelar event desa budaya.
Hal ini disampaikan oleh Sabirin Malau, dimana sejak dinobatkan desa Tanjung Mas sebagai desa budaya, dari Kementerian terkait mensuport tambahan anggaran misal pada desa budaya II mendapat suntikan dana sebesar Rp. 20 Jutaan, dan pada perayaan desa budaya yang berakhir pada 28 Desember kemarin menerima tambahan anggaran sebesar Rp. 30 jutaan.
Selain itu, Sabirin Malau juga mengatakan, akan kembali menggelar desa budaya ke IV pada tahun 2024 mendatang dengan berbagai macam perlombaan khas suku singkil.
“Kemarin, saat acara desa budaya ke III kita menggelar setidaknya ada tiga perlombaan, yakni Tari Dampeng tingkat SD sederajat, Menganggun Anak dan lomba Mengkayuh Bungki (Lomba Dayung). Hadiah yang diperebutkan berupa Satu Unit Sepeda Motor,” ucap Sabirin.
Selanjutnya, Sabirin juga menjelaskan acara desa budaya ditutup dengan acara kenduri belen (Kenduri Besar) memotong satu ekor Kerbau dan berziarah ke makam orang tua ulama besar aceh singkil yakni orang tua Syekh Abdurrauf Asinggkily.***