VOA Olahraga– karet dengan penghasilan tidak menentu. Ia tinggal di sebuah gubuk sederhana di sebuah desa di bagian selatan Thailand bersama 11 anggota keluarga lain.
Sejak melakoni debut dalam salah satu turnamen yang diselenggarakan kuil setempat, hampir setiap pekan Rodtang bertarung demi mengumpulkan uang saweran. Setiap koin yang ia terima menjadi tambahan berarti bagi penghidupan keluarga.
Dengan gaya pantang mundur, petarung berjuluk “The Iron Man” ini memang pantas disebut sebagai manusia besi. Saat menerima pukulan lawan, Rodtang hanya bisa menari dan menantang lawannya untuk melayangkan serangan yang lebih keras.
Namun, dibalik rahang besi pria yang mulai bertarung sejak usia delapan tahun ini, terdapat ribuan jam latihan yang telah ia lalui, serta ratusan kilometer yang ia tempuh dari satu arena laga ke arena lainnya.
Enam tahun setelah menjalani debut Muay Thai, Rodtang merantau ke Bangkok untuk menjajal kompetisi yang lebih tinggi. Di ibu kota Thailand tersebut, ia berlatih di sasana ternama Jitmuangnon yang kini ia sematkan sebagai namanya.
Karier Rodtang terus berkembang hingga dilirik ONE Championship. Yang awalnya bocah miskin, kini namanya semakin dikenal dunia. Tercatat, hingga kini ia telah menorehkan 268 kemenangan.
Semenjak berkompetisi di ONE pada 2018, atlet Thailand ini belum pernah terkalahkan dalam Muay Thai maupun kickboxing. Ia berhasil menorehkan 11 kemenangan dan hanya kalah sekali dari Demetrious Johnson dalam laga hibrida Muay Thai-MMA pada Maret lalu.
Pada Sabtu (27/8), ia akan menghadapi Michael Savvas dalam babak semifinal turnamen ONE Flyweight Muay Thai World Grand Prix.
Sebenarnya, turnamen ini dibuat untuk mencari penantang berikutnya bagi sabuk emas milik Rodtang. Namun, bukan Rodtang namanya jika hanya mau menunggu. Ia memutuskan untuk mengikuti sendiri turnamen ini.
Mengalahkan Kanker dan Kemiskinan
Di tengah sederet prestasi Rodtang yang semakin meningkat, berita duka mulai menghampiri. Pada 2018, Huan, salah satu pelatihnya, meninggal dunia karena serangan jantung.
Setahun berselang, sang ayah didiagnosis menderita kanker stadium 3. Pada 2020, jelang berlaga melawan Jonathan Haggerty, Rodtang mengajak kedua orang tuanya untuk menyaksikan langsung ia berlaga demi memberi mereka secercah kebahagiaan serta gambaran tentang perjuangan yang ia jalani.
Sang ayah perlahan sembuh, dan meski harus menjalani berbagai pengobatan, kini kondisinya telah membaik.
Pada Juni lalu, Rodtang berhasil memberikan rumah baru bagi orang tuanya. Sebelumnya, pada Mei, Rodtang mendapat bonus senilai USD50.000 (Rp733 juta) berkat penampilannya saat mengalahkan Jacob Smith di ONE 157.
Dia pun mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Muay Thai. Menurutnya, tanpa Muay Thai, dirinya tidak akan berada di posisi saat ini.
“Dari seorang anak miskin, sekarang saya bisa membeli rumah untuk kedua orang tua, membeli rumah untuk diri sendiri serta memiliki uang untuk keluarga,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi, Minggu (14/8).
Rodtang memang selalu memberikan kredit pada orang tua atas keberhasilan yang telah ia capai. Baginya, keluarga telah melakukan segalanya untuk dia dan saudaranya.
“Ayah saya sering bekerja jadi kuli proyek sampai menebang pohon karet. Sementara ibu sering jadi tukang cuci piring di acara pemakaman sampai jadi nelayan,” Kenang Rodtang.
Melihat sosok Rodtang sekarang, kedua orang tuanya tentu boleh berbangga. Bagaimana anak yang dibesarkan dengan penuh perjuangan bisa mengubah kehidupan keluarga.
ONE Fight Night 1 dapat disaksikan lewat Kaskus TV, Video, Maxstream, dan Netverse secara live pada Sabtu (27/8), mulai pukul 07.00 WIB. Selain itu, Net TV akan menayangkan siaran ulang mulai pukul 22.30 WIB pada hari yang sama.(CNN)