VOA SINGKIL | Mengulas keindahan alam yang disediakan oleh alam rawa singkil, selain dihuni oleh orang utan asli penghuni rawa tersebut, juga pemandangan hutan lebat di sepanjang aliran sungai tak kalah menarik bisa kita lihat.
Berada di seberang dua desa tua yakni desa rantau gedang dan desa teluk rumbia, di mana warga kedua desa tersebut kebanyakan menggantung hidup dari memancing atau memasang anyaman dari bambu biasa disebut warga bernama ‘Bubu’ untuk menangkap ikan, tentunya ikan-ikan yang masuk kebanyakan adalah ikan lele dan ikan endemik sungai lainnya.
Bukan hanya kaum laki-laki, para srikadi dari desa tersebut juga tidak ketinggalan, mereka juga ikut berusaha membantu untuk menambah pendapatan keluarga.
Tanpa takut, para srikandi di desa itu memanfaatkan sampan yang terbuat dari kayu berdiameter kecil hanya muat ditumpangi dua orang melaju menyisir aliran sungai lae treup tersebut.
Mereka terlihat sudah terbiasa menaiki sampan kecil itu, hal ini terlihat dari raut wajah mereka yang selalu tertawa bahkan bersenda gurau sesama warga saat berpasan.
Sesekali mereka berhenti untuk melihat ‘Bubu’ yang telah mereka pasang sejak kemarin sore, berharap banyak ikan yang tertangkap.
Hutan Rawa Singkil atau biasa disebut warga sekitar Lae Treup adalah ekosistem yang dilindungi yang masuk dalam kawasan hutan leuser.
Sebut saja Ernawati Tinambunan, adalah sosok wanita hebat yang selalu datang ke rawa singkil tersebut bersama orang tuanya, yang di mana mereka salah satu contoh keluarga yang menggantungkan hidup dari rawa singkil itu.
Mereka memanfaatkan hasil alam rawa singkil untuk bertahan hidup tanpa sedikitpun merusak alam rawa singkil tersebut.
Ernawati sering mengunggah kesehariannya saat berada di hutan rawa singkil tersebut di akun media sosial Facebooknya.
di mana keluarga Ernawati juga memanfaatkan lahan kosong di lokasi itu untuk bercocok tanam muda seperti cabe rawit dan cabe merah.
Menurut Sumber (Good News From Indonesia) Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil terbentang 82.374 hektar disepanjang tiga kabupaten, yaitu Aceh Selatan, Subulusalam, dan Aceh Singkil. Tujuan cagar alam ini ialah untuk melindungi orang utan sumatra, harimau, gajah, serta perlindungan ekosistem gambut.
Suaka Margasatwa Rawa Singkil ini menjadi bagian dari Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan situs warisan dunia hutan hujan tropis Sumatra. Keberadaannya juga harus tetap dijaga dan dilestarikan karena menjadi rumah bagi berbagai satwa endemik, yang perlu untuk diperhatikan dan dipertahankan eksistensinya.
Selain itu, taman nasional ini juga termasuk sebagai satu-satunya ekosistem di dunia dengan empat hewan mamalia yang terancam punah keberadaannya, seperti harimau sumatra, badak sumatra, gajah sumatra dan orang utan sumatra.
Selanjutnya, kekayaan Rawa Singkil juga terletak pada keunikan hewan yang mendiami kawasan ini. Saat ini, Rawa Singkil menjadi habitat bagi populasi orang utan terpadat di Indonesia. Namun, habitat yang didiami oleh spesies langka ini terancam akan punah akibat adanya aktivitas penebangan hutan secara ilegal, dan pengalihan fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Tidak dapat dipungkiri bahwa lebih dekat dengan alam adalah cara terbaik untuk mulai memahami kondisi mereka, yang saat ini terancam akan kepunahannya. Dengan mengedukasi dampak dan potensi yang dimiliki oleh Rawa Singkil, masyarakat harus lebih paham dan sadar akan pentingnya merawat dan menjaga kondisi Rawa Singkil.
Rawa Singkil yang secara geografis tersebar di area seluas hampir 100 hektar ini, memiliki kemampuan untuk menyimpan karbon dioksida yang kadarnya sudah melebihi kapasitas daya tampung bumi.
Maka, akan sangat berdampak untuk menahan laju pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Hal ini hanya akan tetap berlanjut jika kondisi alamnya tidak dirusak dan siklus kenekaragaman hayati, baik itu hewan dan tumbuhan yang ada di dalamnya tetap dapat hidup berdampingan.
Salah satu solusi untuk tetap merawat keseimbangan biodiversity di Rawa Singkil adalah dengan menggalakan wisata edukasi bagi para pengunjung. Kegiatan wisata ini nantinya akan sangat bermanfaat, tidak hanya sebagai daya tambah pemasukan warga lokal yang hidup di sekitar area, tetapi juga mengedukasi pengunjung akan pentingnya menjaga keberlangsungan habitat flora dan fauna yang mendiami rawa singkil.
Tak hanya itu, Rawa Singkil juga sudah sejak lama menjadi objek wisata edukasi dan penelitian bagi pengunjung. Saat ini, berbagai kegiatan penelitian sudah dilakukan dikawasan ini, seperti yang telah dilakukan oleh Orangutan Infromation Center (OIC), salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang berfokus pada penelitian dan konservasi orang utan.
Tak terelakan juga bahwasanya berwisata di Rawa Singkil memiliki keunikan tersendiri bagi para wisatawan. Selain karena dapat merasakan pengalaman berwisata di lahan rawa gambut yang jarang ditemui di lokasi lain, di sini pelancong juga dapat melihat langsung keanekaragaman hewan dan tumbuhan langka.
Sejauh ini, Rawa singkil sudah memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara,. Terbukti setiap tahun, banyak diantara wisatawan dari Eropa dan Australia berkunjung ke Rawa Singkil, baik untuk melakukan penelitian atau menikmati ekowisata di sana.
Bagi para pelancong yang ingin mengunjungi rawa singkil (Lae Treup) tidak membutuhkan waktu lama, dari pusat pemerintahan Aceh Singkil para pelancong hanya menempuh waktu perjalanan 30 menit menuju Desa Teluk Rumbia dengan menggunakan mobil atau sepeda motor.
Selanjutnya, di Desa itu para pelancong akan diarahkan oleh warga sekitar untuk menaiki perahu mesin menuju pusat rawa singkil, di sini perjalanan memakan waktu kurang lebih 30 menit.
Sepanjang perjalanan menggunakan perahu mesin, para pelancong akan disuguhkan keindahan alam lae terup, bagi yang hobi berswa poto dengan background alam rawa ini sangat cocok.
Apabila beruntung, para pelancong akan disuguhkan dengan hadirnya orang utan,bagi yang belum pernah melihat orang utan secara langsung tentu akan takjub, karena orang utan di rawa ini adalah spesies endemik yang mediami rawa singkil. (***)