PENULIS : Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.
VOA NASIONAL | Sebuah buku sempat populer khususnya di kalangan akademisi sekitar awal tahun 2000 yang mengangkat tema bahasan tentang abad ini adalah abad yang disebutnya abad ideologi.
Buku terjemahan dari bahasa asli Inggris tersebut menampilkan realita sebagai situasi yang menuntut untuk setiap orang berideologi. Tidak semata politik tertentu, namun lebih mendasar, yaitu menggunakan sudut pandang Filsafat.
Penulis dalam buku tersebut menyajikan ideologi sebagai suatu yang tidak hanya di utuhkan manusia abad ini namun lebih dari itu menuntut setiap orang untuk percaya. Dikemas khas Filsafat, pembaca seolah dibawa kepada situasi keharusan untuk menganut ideologi bain dalam melihat kehidupan sosial maupun pribadi.
Namun sebenarnya, karya tersebut hanyalah karya belaka yang merupakan hasil pemikiran manusia. Bisa saja karya tersebut mendapat sambutan dari berbagai pihak sebagai hal yang dianggap positif, namun sebagai bagian dari karya Filsafat tentu tidak lepas dari kritik.
Penulis pribadi melihat bahwa anjuran atau desakan dalam buku tersebut merupakan pandangan yang telah teridap suatu pemahaman tertentu yang disebut penulis dengan ideologisme atau paham pada ideologi. Sebab hendak mengharuskan orang berideologi, secara otomatis pandangan tersebut telah menjadi paham tertentu yang menundukkan penganutnya untuk mengikuti seruannya.
Sebab manusia tidak diharuskan untuk tunduk terhadap ideologi tertentu, termasuk terhadap ideologisme, maka hal ini tentu tidak sesuai dengan manusia sejatinya. Manusia justru terdistorsi menjadi penganut paham tertentu dalam memandang hidup dan tunduk terhadap paham yang merupakan produk pemikiran manusia.
Berasal dari paham akan suatu kondisi yang dianggap ideal, seperti kemajuan dan yang disebut dengan tuntutan zaman, paham ini dikembangkan. Belakang, paham ini mengidap berbagai kalangan tidak terkecuali akademisi dan tokoh agama, dua pilar utama peradaban manusia. Sayangnya, paham ini secara massif dikembangkan dan didakwahkan secara terang-terangan dan berkelanjutan serta tidak ada konter atasnya, padahal langkah distorsi tentu berbahaya.
Apakah alasan Ilmiah, Filosofis atau bahkan ideologis sekali pun, paham ini tentu perlu untuk diwaspadai. Ada banyak konsekuensi yang akan ditanggung oleh generasi ke depan, yaitu kehancuran kemanusiaan atau apa yang menjadi kodrati manusia serta terjerumuskepada suatu kondisi yang serba ideologis yang sebenarnya tidak semestinya demikian adanya.
Jika seruan kepada kebenaran adalah suatu hal yang perlu untuk diindahkan dan diambil sikap positif, namun demikian, ketika kebenaran tersebut telah terakomodir oleh ideologi tertentu, maka hal ini menjadi rentan baik terhadap kerusakan, kekacauan sampai kepada kehancuran suatu generasi. Ideologis itu rentan.(***)
Oleh : Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi voiceoneaceh.com.
Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi voiceoneaceh.com.